Minggu, 15 November 2009

Mengatasi Depresi

Depresi adalah suatu kondisi kejiwaan yang merasa kurang, merasa bersalah, merasa gagal, atau bahkan merasa tidak pantas lagi untuk hidup. Depresi yang level tertinggi akan cenderung menyakiti diri sendiri dan bahkan bisa berujung pada upaya bunuh diri.
Orang depresi biasanya merasa tidak mampu lagi bangkit dengan berbagai alasan, seperti merasa dirinya lemah, kotor, berdosa, terkucilkan, dll. Perasaan ini sedemikian kuatnya, sehingga kadang melupakan logika dan pola hidup wajar.
Depresi dapat disebabkan oleh banyak hal, namun umumnya disebabkan oleh kegagalan, sakit, kehilangan, dll. Namun kesemuanya dapat ditarik benang merah, bahwa depresi terjadi karena kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu di dunia ini, bisa berupa barang, orang, pangkat/jabatan, atau keinginan tertentu. Sampai-sampai obyek yang dicinta itu hampir disamakan dengan posisi Tuhan (baca: sesuatu yang penting dan dipentingkan, yang dapat mempengaruhi peri kehidupan manusia).
Akibat kehilangan orang yang dicintai, bisa depresi. Akibat sakit yang kronis dan kata dokter tidak ada harapan sembuh, bisa depresi. Akibat diperkosa atau disiksa, bisa depresi. Akibat gagal meraih cita-cita, bisa depresi. dll. dll.
Intinya depresi adalah merasa gagal dan tidak mampu. Untuk itu pasien perlu diberi motivasi bahwa dia masih punya kemampuan, tinggal butuh kemauan saja untuk bangkit. Biasanya pasien akan sangat membutuhkan belaian kasihsayang plus motivasi tiada henti dari orang-orang dekat yang dikasihi. Untuk bangkit, memerlukan waktu, tenaga dan beaya yang signifikan. Artinya, jika depresinya berat, maka keperluan itu juga akan makin besar/lama/tinggi.
Yakin pula bahwa semua orang punya kelemahan, kekurangan dan dosa. Jadi tidak perlu merasa yang terlemah dan paling berdosa. Masih banyak orang-orang yang hidup tidak seberuntung kita. Tengoklah ke bawah, ternyata sangat banyak yang miskin, kelaparan, gagal, atau yang sakit koma bergantung pada selang oksigen. Kenapa kita tidak mau bangkit? Bukankah kita juga ingin menyenangkan orang lain. Kalau kita bangkit, banyak orang akan tersenyum bahagia. Bahkan hasil jerih payah kita akan mampu memberikan pertolongan bagi orang lain.
Tidak perlu disesali kalau orang terkasih kita meninggal. Toh semua di dunia ini hakekatnya juga antri untuk mati. Tidak perlu depresi karena sakit, toh doa orang sakit umumnya mustajab (qobul), atau malah sakit ini merupakan kesempatan kita untuk meningkatkan ibadah. Tidak pula perlu depresi karena merasa tidak suci (baca: ternoda), karena semua perbuatan tergantung bagaimana kita mensikapi, baik dengan taubat dan esok harus lebih baik.
Namun, banyak orang yang ternyata memilih untuk tidak bangkit dan bahkan makin terperosok ke lubang yang semakin dalam. Wanita yang ternoda atau bahkan MBA (baca: hamil tanpa nikah), malah memilih terjerumus jadi PSK. Pria yang putus cinta, malah lari ke belenggu minuman keras dan narkoba. Seorang ABG memilih gantung diri ketika keluarganya banyak yang meninggal. dll. dll.
Mana yang anda pilih? mau dan mampu bangkit, ataukah habis waktu hanya untuk meratap? Hidup ini adalah pilihan. dan orang-orang terpilih tidak selalu suci dari dosa sejak lahirnya. Banyak diantara mereka yang dulunya penjahat atau bergelimang dosa. Kalau Tuhan saja Maha Pengampun pada ummatNya yang bertaubat, kenapa anda tidak mengampuni, memaafkan dan bertaubat untuk diri anda sendiri??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar